Setiap kita memiliki wajah yang beragam dalam titian masa-masa kehidupan, yakni wajah masa depan, wajah masa yang dijalani hari ini, dan wajah masa lalu. Sikap bijak yang mestinya dijalani adalah mempersiapkan masa depan dengan sebaik-baiknya. Memupuk tabungan kebaikan dan tabungan-tabungan ikhtiar agar masa depan kita sesuai dengan impian yang diharapkan. Untuk wajah masa hari ini yang sedang dilakoni, bijaknya kita sepenuh hati menjalani, menjadikan masa-masa saat ini adalah ladang dari perbaikan masa lalu dan persiapan masa depan. Lalu sikap terbaik kita terhadap masa lalu ialah dengan menerima dan memaafkan. Ini bukan saja dilakukan untuk segala hal yang telah kita lakukan tapi segala hal yang pernah orang lain lakukan pada kita. Masa lalu bukanlah tolok ukur kebaikan dan nasib seseorang. Manusia dengan masa lalu buruk menetapkan masa depannya pun demikian atau sebaliknya. Masa lalu bukanlah ukuran atau alat yang mampu menghalalkan kita memberikan stigma negatif tentang nasib dan kehidupan orang lain. Sahabat Umar bin Khattab bahkan pernah berkata bahwa seseorang dengan masa lalu buruk tidak menentukan masa depannya. Boleh jadi manusia dengan masa lalu buruk memiliki masa depan yang baik dan mencerahkan. Tidak pernah ada yang mampu menjamin nasib seseorang di masa depan akan seperti apa. Hanya Allah yang tahu.
Komentar
Posting Komentar