Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

DEMOKRASI HARGA MATI VS DEMOKRASI HARUS MATI

  Kancah perpolitikan selalu disandingkan dengan isu demokrasi, politik dan demokrasi adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan di Indonesia.  Benarkah Indonesia menjadi negara yang demokratis? Demokrasi artinya semua dari rakyat, oleh rakyat untuk rakyat. Benarkah itu yang benar-benar terjadi saat ini? Ternyata memang benar, di sistem demokrasi hak suara sangat dibutuhkan, rakyat disuruh memilih perwakilan mereka di eksekutif dan legislatif. Artinya suara mereka terwakilkan oleh suara wakil-wakil rakyat, wakil-wakil rakyat menyumbangkan seluruh yang ia punya untuk kesejahteraan rakyat. Katanya. Tapi faktanya tentu bicara yang lain. Ternyata suara kita hanya untuk memilih bukan untuk mendengar. Masyarakat harusnya muak dengan kondisi ini. Mereka harusnya protes, tapi sampai saat ini Mereka diam, apakah mereka nyaman dengan kondisi ini?? Bodoh sekali rakyat ini.. Demokrasi sudah mati.

PROGRAM DAKWAH TIDAK BOLEH LAGI HANYA SEKEDAR MENGEJAR NILAI AKHIRAT TAPI JUGA NILAI DUNIA.

  Dalam program dakwah yang dijalankan aktivis dakwah selama ini selalu mengedepankan nilai Zuhud dalam pelaksanaannya, artinya kita selalu diminta berkorban dari segi materi, waktu bahkan tenaga untuk bisa mencapai tujuan dakwah, seakan-akan kita melupakan bahwasanya kita juga harus memikirkan bahwa target dakwah kita bukan memiliki jiwa militansi seperti yang kita punya, pandangan mereka di awal pasti sangat realistis. Pandangan realistis target dakwah itu condong kepada hal yang bersifat keduniaan, mereka melakukan suatu kebaikan pasti harus segera mendapatkan balasan.  Contoh, dengan segala upaya para aktivis dakwah membuat program kajian dengan tema islami mengundang seluruh kalangan muslim untuk hadir dan meramaikan dengan harapan nantinya akan ramai karena program yang ditawarkan adalah program kebaikan, tapi kenyataannya berbanding terbalik, yang hadir sangat sedikit. Penyebabnya tidak lain adalah pada saat sekarang ini masyarakat lebih berpandangan realistis, mereka butuh maka

GAGAL MENJADI LAKI-LAKI DAN MENJADI ANAK LAKI-LAKI

Menjadi laki-laki itu tidak mudah, Apalagi dia adalah anak laki-laki satu-satunya, besar harapan dari orangtuanya dan keluarganya agar dia menjadi sukses dan membanggakan orang tuanya. Saya pribadi sejauh ini merasa sangat tidak berguna menjadi anak laki-laki, sampai usia sekarang pun saya masih menjadi beban orang tua, saya masih menganggur, belum punya tabungan, bahkan saya sekarang malah menjadi beban orang lain dan keluarga lain. Saya bingung mau berbuat apa, ilmu saya sangat minim, saya sangat malu dengan saya yang sekarang. Bahkan saya sulit menerima keberadaan orang lain yang lebih hebat dari saya. Ataukah saya yang tidak mampu menerima diri sendiri?  Saya mencoba pergi jauh agar bisa mendapatkan ketenangan, tapi malah kebingungan yang saya dapatkan. Sampai sekarang saya hanya akan terus memperbaiki diri. Sedikit demi sedikit..